PARIWARA

Your Ad Here

Friday, December 31, 2010

Pertanian Terpadu

Penerapan sistem pertanian terpadu integrasi ternak dan tanaman terbukti sangat efektif dan efisien dalam rangka penyediaan pangan masyarakat. Siklus dan keseimbangan nutrisi serta energi akan terbentuk dalam suatu ekosistem secara terpadu. Sehingga akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi produksi yang berupa peningkatan hasil produksi dan penurunan biaya produksi.

Kegiatan terpadu usaha peternakan dan pertanian ini, sangatlah menunjang dalam penyediaan pupuk kandang di lahan pertanian, sehingga pola ini sering disebut pola peternakan tanpa limbah karena limbah peternakan digunakan untuk pupuk, dan limbah pertanian untuk makan ternak. Integrasi hewan ternak dan tanaman dimaksudkan untuk memperoleh hasil usaha yang optimal, dan dalam rangka memperbaiki kondisi kesuburan tanah. Interaksi antara ternak dan tanaman haruslah saling melengkapi, mendukung dan saling menguntungkan, sehingga dapat mendorong peningkatan efisiensi produksi dan meningkatkan keuntungan hasil usaha taninya. Sistem tumpangsari tanaman dan ternak banyak juga dipraktekkan di daerah perkebunan. Di dalam sistem tumpangsari ini tanaman perkebunan sebagai komponen utama dan tanaman rumput dan ternak yang merumput di atasnya merupakan komponen kedua.

Praktek penerapan pola usaha tani konservasi ini hendaknya dilakukan secara terpadu, seperti sistem multiple croping (pertanaman ganda / tumpang sari), agroforestry, perternakan, dan dipadukan dengan pembuatan teras. Misalnya dalam praktek PHBM, tanaman pangan ditanam pada bidang teras meliputi kedelai, kacang tanah, jagung dan kacang panjang yang di tanamn diantara tanaman tahunan (misal: jati, mauni atau pinus sebagai tanaman pokok). Pada tepi teras ditanami dengan tanaman penguat teras yang terdiri dari tanaman rumput, lamtoro dan dapat ditanami tanaman hortikultura seperti srikaya ataupun nanas dan pisang. Tanaman rumput pada tepi teras disamping berfungsi sebagai penguat teras juga sebagai sumber pakan ternak (sapi atau kambing).
Baca Selengkapnya »»

Tuesday, December 28, 2010

Peningkatan Posisi Tawar Petani

Peningkatan posisi tawar petani dapat meningkatkan akses masyarakat pedesaan dalam kegiatan ekonomi yang adil, sehingga bentuk kesenjangan dan kerugian yang dialami oleh para petani dapat dihindarkan. Menurut Akhmad (2007), upaya yang harus dilakukan petani untuk menaikkan posisi tawar petani adalah dengan :
a. Konsolidasi petani dalam satu wadah untuk menyatukan gerak ekonomi dalam setiap rantai pertanian, dari pra produksi sampai pemasaran. Konsolidasi tersebut pertama dilakukan dengan kolektifikasi semua proses dalam rantai pertanian, meliputi kolektifikasi modal, kolektifikasi produksi, dan kolektifikasi pemasaran. Kolektifikasi modal adalah upaya membangun modal secara kolektif dan swadaya, misalnya dengan gerakan simpan-pinjam produktif yang mewajibkan anggotanya menyimpan tabungan dan meminjamnya sebagai modal produksi, bukan kebutuhan konsumtif. Hal ini dilakukan agar pemenuhan modal kerja pada awal masa tanam dapat dipenuhi sendiri, dan mengurangi ketergantungan kredit serta jeratan hutang tengkulak.

b. Kolektifikasi produksi, yaitu perencanaan produksi secara kolektif untuk menentukan pola, jenis, kuantitas dan siklus produksi secara kolektif. Hal ini perlu dilakukan agar dapat dicapai efisiensi produksi dengan skala produksi yang besar dari banyak produsen. Efisisensi dapat dicapai karena dengan skala yang lebih besar dan terkoordinasi dapat dilakukan penghematan biaya dalam pemenuhan faktor produksi, dan kemudahan dalam pengelolaan produksi, misalnya dalam penanganan hama dan penyakit. Langkah ini juga dapat menghindari kompetisi yang tidak sehat di antara produsen yang justru akan merugikan, misalnya dalam irigasi dan jadwal tanam.

c. Kolektifikasi dalam pemasaran produk pertanian. Hal ini dilakukan untuk mencapai efisiensi biaya pemasaran dengan skala kuantitas yang besar, dan menaikkan posisi tawar produsen dalam perdagangan produk pertanian. Kolektifikasi pemasaran dilakukan untuk mengkikis jaring-jaring tengkulak yang dalam menekan posisi tawar petani dalam penentuan harga secara individual. Upaya kolektifikasi tersebut tidak berarti menghapus peran dan posisi pedagang distributor dalam rantai pemasaran, namun tujuan utamanya adalah merubah pola relasi yang merugikan petani produsen dan membuat pola distribusi lebih efisien dengan pemangkasan rantai tata niaga yang tidak menguntungkan.
Oleh karena itu, diperlukan kelembagaan ekonomi pedesaan yang mampu memberikan kekuatan bagi petani (posisi tawar yang tinggi). Kelembagaan pertanian dalam hal ini mampu memberikan jawaban atas permasalahan di atas. Penguatan posisi tawar petani melalui kelembagaan merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak dan mutlak diperlukan oleh petani, agar mereka dapat bersaing dalam melaksanakan kegiatan usahatani dan dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

Pengembangan masyarakat petani melalui kelembagaan pertanian/kelompok tani merupakan suatu upaya pemberdayaan terencana yang dilakukan secara sadar dan sungguh-sungguh melalui usaha bersama petani untuk memperbaiki keragaman sistem perekonomian masyarakat pedesaan. Arah pemberdayaan petani akan disesuaikan dengan kesepakatan yang telah dirumuskan bersama. Dengan partisipasi yang tinggi terhadap kelembagaan petani, diharapkan rasa ikut memiliki dari masyarakat atas semua kegiatan yang dilaksanakan akan juga tinggi.
Baca Selengkapnya »»

Sunday, December 12, 2010

Kelayakan Usahatani Budidaya Kacang Hijau / ha

1. Biaya Produksi
A.Penggunaan Tenaga Kerja = Rp.809.000,- /ha dengan rincian sebagai berikut:
Pengolahan Tanah = Rp.263.000,-
Aplikasi pupuk dasar = Rp.0
Penanaman = Rp. 139.000,-
Penyiangan = Rp.131.000,-
Pemupukan = Rp.0
Pemeliharaan = Rp.65.000,-
Panen = Rp.118.000,-
Pascapanen = Rp.93.000,-

B. Sarana Produksi = Rp.96.000,- /ha dengan rincian sebagai berikut :
Benih = Rp.46.000,-
Urea = Rp.0,-
SP 36 =Rp.0,-
KCl = Rp.0,-
Pupuk Kandang = Rp.0,-
Obat-obatan = Rp.50.000,-


C. Total Biaya Produksi = Biaya tenaga kerja + biaya sarana produksi = Rp.905.000,- / ha

2. Hasil Usahatani
Produksi = 260 kg /ha
Penerimaan = Rp.1.300.000,- /ha
Pendapatan = Penerimaan - Total Biaya = Rp.1.300.000 - Rp.905.000 = Rp.395.000, - /ha

3. Analisis Kelayakan Usahatani
R/C = Rp.1.300.000/905.000 = 1,44
B/C =395.000/905.000 = 0,44

Kesimpulan : 
  1. Usahatani kacang hijau layak menguntungkan untuk dibudidayakan
  2. Keuntungan atau pendapatan dapat diperbesar dengan cara menekan biaya tenaga kerja berupa kegiatan pengolahan tanah sampai pasca panen dengan menggunakan tenaga kerja sendiri atau anggota keluarga
  3. Acuan semua biaya dan harga kacang hijau /kg tidak bisa disamaratakan untuk setiap daerah karena kondisi dan karakteristik setiap daerah berbeda-beda serta biaya dan harga bersifat dinamis artinya dapat berubah setiap saat.
Baca Selengkapnya »»

Wednesday, December 01, 2010

Klasifikasi dan Karakteristik Sistem Usahatani Ternak

Klasifikasi dan karakteristik sistem usahatani ternak dapat dikelompokkan ke dalam 4 (empat) klas yang didasarkan pada skala usaha, jenis ternak, sistem pemeliharaannya dan sifat khusus dari ternak tersebut.
  1. Klas Unggas Komersil
    1. Tidak berada di kawasan dengan topografi tertentu dan jenis tanah tertentu
    2. Lahan yang digunakan adalah bersifat sewa atau hak guna pakai
    3. Berada di lokasi dengan sarana dan prasarana transportasi relatif lebih baik, yaitu di sekitar kota sehingga akses terhadap pasar juga bagus.
    4. Jenis ternaknya adalah ayam ras pedaging dan petelur
    5. Sistem pemeliharaannya intensif dengan menerapkan manajemen dan teknologi yang moderen, terutama yang berskala di atas 2000 ekor.
    6. Peternaknya adalah masyarakat yang relatif sudah berpikiran terbuka (open minded)
    7. Kelompok peternak klas ini adalah; petani pengusaha, pekerja, dan pemilik peternakan serta plasma.
    8. Kelembagaan peternak relatif lebih bagus

    1. Klas Unggas “non komersil”
      1. Terdapat di hampir semua kawasan topografi dan jenis tanah, kota dan desa
      2. Jenis ternak yang dipelihara ayam buras, itik dan unggas lainnya
      3. Sistem pemeliharannya bersifat ekstensif dan sambilan tanpa input manajemen dan teknologi dalam skala rumah tangga dan skala 50 – 150 bersifat semi intensif dengan sedikit input manajemen dan teknologi seperti pemeliharaan tanpa diumbar.
      4. Peternaknya pada umumnya adalah masyarakat kalangan menengah ke bawah baik dari segi sosial ekonomi maupun pendidikan.
      5. Kepemilikan terhadap ternak: milik sendiri
      6. Tidak terdapat kelembagaan petani
    1. Klas ruminansia pedaging dan babi
      1. Terdapat di hampir semua kawasan topografi dan jenis tanah, dan perdesaan
      2. Jenis ternak yang dipelihara: domba, kambing, sapi, kerbau dan babi
      3. Berdasarkan sistem pemeliharaan terdapat sub klas: a) dilepas; yaitu ternak dilepas pada pagi hari dan sore hari dikandangkan, ternak diberi keleluasaan mencari pakan secara mandiri dan b) dikandangkan; ternak dipelihara di dalam kandang atau digembalakan dengan cara dikendalikan dengan tali yang ditambatkan, kecuali ternak babi yang sepenuhnya dikandangkan dan pemberian pakan secara cut and carry berupa rumput alam dan sedikit makanan penguat.
      4. Sistem pemeliharaan ini terkait dengan kultur masyarakat di mana cara pemeliharaan dilepas dan sistem dikandangkan.
      5. Sistem pemeliharannya bersifat ekstensif dan sedikit input manajemen dan teknologi, khususnya ternak dengan sistem dikandangkan. Usahatani ini bersifat integratif dengan sistem usahatani umumnya.
      6. Karakteristik peternak: kelas menengah ke bawah.
      7. Status kepemilikan: milik sendiri, penggaduh, dan bantuan bergulir (pinjaman lunak) dari pemerintah.
      8. Kelembagaan peternak yang telah ada biasanya terdapat pada subklas sistem pemeliharaan dikandangkan.
    1. Klas Perah
      1. Ternak: sapi perah FH
      2. Sistem pemeliharaan bersifat semi intensif dalam skala rumah tangga dan dipelihara di atas lahan sendiri.
      3. Pakan: rumput alam dan budidaya ditambah konsentrat.
      4. Peternak klas ini merupakan petani kecil
      5. Status kepemilikan merupakan bantuan bergulir dari pemerintah.
      6. Berdiri kelembagaan peternak.

        Sumber : Suharyanto, staf pengajar jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu
    Baca Selengkapnya »»

    Wednesday, September 22, 2010

    Selamat Hari Raya Idul Fitri

    1 Syawal 1413 H, Minal Aidin wal Faidin, Mohon Maaf Lahir dan Batin Baca Selengkapnya »»

    Monday, August 09, 2010

    SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA RAMADHAN 1431 H

    Allahumma bariklanaa fii rajab wa sya’ban wa balighna fii ramadhan ! Marhaban ya Ramadhan 1431 H jelang tiba bulan yang penuh Rahmat dan Maghfirah, bersihkan hati untuk meraih keridhoan ALLAH SWT dalam mencapai derajat Muttaqin. Mohon maaf lahir dan batin atas segala salah dan khilaf !
    Baca Selengkapnya »»

    Friday, July 02, 2010

    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keragaan Pasar Kerja Pertanian - NonPertanian

    1. Angkatan Kerja
    Peningkatan angkatan kerja di Indonesia dipengaruhi oleh pertambahan penduduk usia produktif dan jumlah angkatan kerja tahun sebelumnya baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan. Upah sektoral riel bukan merupakan faktor utama yang mendorong penduduk untuk masuk ke pasar kerja. Perilaku seperti ini terjadi akibat besarnya jumlah angkatan kerja yang tidak didukung dengan kesempatan kerja yang memadai. Hasil dugaan menunjukkan bahwa migrasi desa-kota merupakan peubah yang berpengaruh nyata terhadap penurunan jumlah angkatan kerja pedesaan. Hal ini merupakan petunjuk bahwa peningkatan migrasi desa-kota secara besar-besaran akan mengarah pada terjadinya kelangkaan angkatan kerja di wilayah pedesaan dan limpahan angkatan kerja di perkotaan.

    2. Kesempatan Kerja
    Pendapatan nasional sektoral, Program Padat Karya di perkotaan dan Pembangunan Prasarana Desa Tertinggal di pedesaan berpengaruh nyata terhadap peningkatan kesempatan kerja sektoral. Program Padat Karya dan Pembangunan Prasarana Desa Tertinggal lebih berpengaruh terhadap penciptaan kesempatan kerja daripada pendapatan nasional sektoral. Hal ini menunjukkan adanya indikasi pendapatan nasional sektoral, walaupun berpengaruh positif, lebih banyak digunakan untuk kegiatan penciptaan barang kapital daripada untuk penciptaan kesempatan kerja, sedangkan Pogram Padat Karya dan Pembangunan Prasarana Desa Tertinggal benar-benar ditujukan pada penciptaan kesempatan kerja. Penggunaan mesin industri dan traktor berperan sebagai faktor produksi substitusi bagi faktor produksi tenaga kerja.


    3. Upah Sektoral Riel
    Peubah penjelas yang berpengaruh terhadap perubahan upah sektoral riel adalah kebijakan Upah Minimum Regional Sektoral. Jika dilihat dari nilai elastisitasnya maka peubah penjelas tersebut paling responsif diantara peubah-peubah lainnya. Peubah lain yang juga mempengaruhi upah sektoral riel adalah inflasi. Jika inflasi terus meningkat maka upah riel akan menurun. Jika kita menghubungkan upah sektoral riel tersebut dengan daya beli pekerja, maka penurunan upah tersebut akan mengarah pada turunnya daya beli masyarakat. Berdasarkan hasil dugaan terlihat bahwa upah riel lebih tinggi di luar Jawa daripada di Jawa. Jika upah merupakan suatu faktor yang mempengaruhi seseorang bermigrasi, maka perbedaan upah tersebut diperkirakan akan mendorong terjadinya arus perpindahan penduduk dari Jawa ke luar Jawa.

    4. Produktifitas Pekerja
    Produktifitas pekerja utamanya dipengaruhi oleh upah sektoral riel, konsumsi kalori, dummy program Jaring Pengaman Sosial bidang Kesehatan, dan peubah lag endogennya. Ditinjau secara sektoral, hasil dugaan menunjukkan bahwa upah riel sektor industri memberikan pengaruh terbesar bagi peningkatan produktifitas pekerja sektor tersebut. Penerapan Program Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan menunjukkan hasil yang positif bagi peningkatan produktifitas pekerja di ketiga sektor.

    5. Migrasi Desa-Kota
    Hasil dugaan menunjukkan bahwa migrasi desa-kota dipengaruhi secara nyata oleh upah riel relatif sektor industri, jumlah penduduk desa usia produktif, dummy wilayah dan peubah lag endogennya. Upah riel relatif sektor industri lebih mempengaruhi proses migrasi desa-kota daripada upah riel sektor pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa upah industri lebih menjadi perhatian para migran untuk bermigrasi. Selain itu, faktor usia juga merupakan faktor penting yang mendorong seseorang untuk bermigrasi. Hasil dugaan menunjukkan bahwa migrasi desa-kota akan meningkat jika penduduk desa usia produktif naik. Ditinjau dari nilai elastisitasnya maka migrasi desa-kota lebih responsif terhadap perubahan tingkat pengangguran di perkotaan daripada di pedesaan.
    Jika kita mengkategorikan faktor upah riel relatif sektor industri dan tingkat pengangguran di perkotaan sebagai faktor penarik (pull-factor) untuk bermigrasi dan faktor upah riel sektor pertanian serta tingkat pengangguran di pedesaan sebagai faktor pendorong (push-factor), hasil penemuan ini menunjukkan bahwa migrasi desa-kota lebih disebabkan oleh adanya faktor penarik dari perkotaan daripada faktor pendorong yang ada di pedesaan.

    6. Added Worker
    Peubah upah sektoral riel bukan merupakan faktor yang menentukan seseorang untuk masuk ke pasar kerja. Hasil dugaan menunjukkan bahwa Added worker dipengaruhi secara nyata oleh peubah jumlah penduduk yang masuk ke pasar kerja dengan alasan membantu ekonomi keluarga dan menambah penghasilan serta putus/tamat sekolah. Kondisi ini menunjukkan bahwa pada kasus krisis ekonomi, upah bukan merupakan hal penting yang mendorong seseorang untuk masuk ke pasar kerja. Situasi ekonomi yang sulit memaksa seseorang untuk masuk ke pasar kerja dengan upah berapapun, yang setidaknya dapat membantu memperbaiki ekonomi rumah tangga.

    7. Discourage Worker
    Jika dalam pembahasan mengenai added worker, upah sektoral riel bukan merupakan faktor yang mempengaruhi seseorang untuk masuk ke pasar maka pada discourage worker upah sektoral riel juga bukan faktor penentu seseorang untuk keluar dari pasar kerja. Tingginya jumlah pengangguran di kedua daerah merupakan faktor penentu yang penting bagi seseorang untuk keluar dari pasar kerja. Di perkotaan, investasi sektor industri juga berpengaruh nyata terhadap discourage worker namun tidak untuk pedesaan

    8. Pendapatan Nasional
    Pendapatan nasional secara sektoral dipengaruhi secara nyata baik oleh produktifitas pekerja sektoral maupun kesempatan kerja sektoral. Hasil perhitungan elastisitas memperlihatkan bahwa pendapatan nasional sektoral cenderung lebih responsif terhadap perubahan kesempatan kerja sektoral daripada produktifitas pekerja.

    9. Pengangguran
    Jumlah pengangguran perkotaan dipengaruhi secara nyata hanya oleh jumlah added worker perkotaan, sementara jumlah pengangguran pedesaan dipengaruhi tidak hanya oleh added worker pedesaan tetapi juga oleh angkatan kerja pedesaan dan kesempatan kerja pertanian di pedesaan. Ditinjau dari sisi kesempatan kerja, jumlah pengangguran di perkotaan lebih disebabkan karena penurunan kesempatan kerja sektor industri di wilayah tersebut. Sebaliknya jumlah pengangguran di pedesaan lebih dipengaruhi oleh penurunan jumlah kesempatan kerja sektor pertanian di pedesaan.

    Sumber : Dessy Adriani, 2003, Keragaan Pasar Kerja Pertanian-NonPertanian dan Migrasi Desa-Kota : Telaah Periode Krisis Ekonomi, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Palembang.
    Baca Selengkapnya »»

    Sunday, January 31, 2010

    SIFAT DAN CIRI PRODUK PERTANIAN

    Produksi pertanian dapat disarikan dalam beberapa sifat dan ciri sebagai berikut (Teken dan Hamid, 1982) :
    1. Produksi yang diperoleh dari usaha secara kecil-kecilan (small scale production). Produksi secara kecil-kecilan ini adalah akibat dari usaha yang dilakukan petani secara kecil-kecilan pula. Padi atau beras, misalnya, dihasilkan oleh berjuta-juta petani. Dengan demikian petani-petani tidak dapat mempengaruhi permintaan atas jenis barang yang dihasilkannya. Mereka sulit untuk saling berkomunikasi dalam hal penjualan, penyimpanan dan sebagainya, karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuan akan hal tersebut. Berbeda halnya dengan perusahaan-perusahaan industri, karena telah memiliki kemampuan yang besar untuk menganalisis situasi pasar, melakukan grading, penyimpanan dan sebagainya, maka mereka tidak mengalami kesulitan dalam hal penjualannya. Mereka dapat menguasai atau mengendalikan produksinya sewaktu-waktu, jika permintaan menurun. Perusahaan-perusahaan industri dengan mudah dapat diorganisir atau mengorganisir dirinya. 
    2. Produksi bersifat musiman. Karena bersifat musiman, maka hasil produksi akan diperoleh pada waktu-waktu tertentu, sesuai dengan umur tanaman yang bersangkutan. Kita tidak bisa memaksakan tanaman padi berbuah pada umur satu bulan, karena kebetulan pada saat itu persediaan beras telah habis atau harga beras terlalu tinggi karena terlalu banyak permintaan. Sifat produksi yang demikian inilah sering menimbulkan kesulitan dalam proses pengimbangan. Begitu pula di saat-saat panen sering dijumpai beberapa kesulitan dalam hal penyimpanan dan pengangkutan. Pada saat ini biaya-biaya penyimpanan dan pengangkutan biasanya meningkat. Pedagang-pedagang pengumpul harus menyediakan modal yang cukup besar untuk membeli hasil-hasil pertanian itu, untuk menyewa gudang dan ongkos transpor.
    3.  Produksi terpencar. Tempat produksi pertanian tidak terpusat, tetapi letaknya terpencar. Hal ini disebabkan petani itu selalu mencari tempat yang keadaan tanah dan iklimnya cocok untuk tanamannya, tanpa memperhitungkan apakah dekat atau jauh dari kota atau pasar. Petani tidak dapat dipaksakan melakukan produksi di tempat yang tandus atau bergunung-gunung, meskipun secara ekonomis mudah dijangkau oleh para pedagang pengumpul atau konsumen. Karena keterpencaran ini maka dapat dibayangkan kesulitan dalam proses pengumpulan agar menjadi suatu jumlah yang besar.
    4.  Produk hasil-hasil pertanian bersifat berat (bulky), mengambil banyak tempat (volumnious) dan cepat atau musah rusak (perishable). Kebanyakan hasil-hasil pertanian timbangannya adalah berat dan memerlukan banyak tempat. Hal ini berarti nilai per satuan berat dan per satuan volume adalah lebih kecil dibandingkan nilai barang-barang industri. Sebungkus rokok yang beratnya beberapa gram nilainya dalam Rupiah kira- kira sama dengan 1-2 kg singkong. Jelas dalam hal ini bahwa akan terjadi perbedaan dalam hal pengangkutan dan penyimpanan. Dapat dibayangkan betapa besar perbedaan nilai jika kita mengangkut 1 ton singkong dan 1 ton rokok pada tarif dan jarak yang sama. Selain itu sifat hasil pertanian juga mudah rusak atau busuk, sehingga diperlukan perawatan dan penyimpanan yang baik dan pengangkutan yang cepat ke tempat konsumen.
    Baca Selengkapnya »»

    Saturday, January 23, 2010

    JENIS, PERAN DAN FUNGSI PASAR


    Atas dasar pengaliran barang dari titik produksi sampai ke titik konsumsi maka pasar diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu :

    Pasar Pengumpulan Lokal (Local Assembly Market), sesuai dengan tugasnya mengumpulkan hasil produksi di pusat produksi maka di dalam jenis pasar ini yang berperan adalah para pedagang pengumpul, sehingga pasar ini umumnya terletak di desa atau kecamatan. Di samping sebagai tempat pengumpulan hasil-hasil pertanian, pasar ini juga merupakan pasar eceran barang-barang kebutuhan petani seperti pupuk, pestisida dan lain-lain. Di dalam pasar ini, tingkat harga hasil-hasil pertanian merupakan tingkat harga yang rendah, sedangkan untuk barang-barang kebutuhan petani dicapai tingkat harga yang paling tinggi. 

    Pasar Pusat Pengumpulan (Primary Market), barang-barang dari Pasar Pengumpulan Lokal selanjutnya dikirimkan ke Pasar Pusat Pengumpulan untuk selanjutnya disebar ke Pasar Eceran atau untuk keperluan ekspor. Mengingat kegiatan-kegiatan yang ada di pasar ini maka yang memegang peranan adalah para pedagang besar (wholesaler), sehingga pasar ini disebut juga Pasar Pedagang Besar. Pada umumnya pasar jenis ini terletak di kota-kota besar yang memiliki fasilitas perniagaan seperti pelabuhan, alat transportasi dan komunikasi serta fasilitas-fasilitas gudang.

    Pasar Eceran (Retail Market), keadaan dimana terdapat konsumen dan para pengecer dapat dinyatakan sebagai pasar eceran, sehingga yang berperan dalam hal ini adalah para pedagang pengecer. Pasar jenis ini bisa dijumpai sehari-hari baik di pinggir-pinggir jalan ataupun di toko-toko di daerah perkotaan.

    Pasar Ekspor Impor (Export Import Market), pasar ini umumnya terdapat di kota-kota besar yang memiliki fasilitas perniagaan yang memungkinkan untuk mengirimkan barang ke luar negeri. Peranan yang besar di dalam pasar ini dipegang oleh para eksportir dan importir. Suatu tempat yang mampu menampung permintaan dan penawaran dari luar negeri dapat disebut bursa atau pasar pertukaran (exchange market), dimana dalam hal ini dapat diperjualbelikan hasil bumi dengan menunjukkan contoh. Dengan demikian bursa merupakan suatu pasar dengan ruang lingkup internasional.
      Adapun atas dasar jumlah penjual maka pasar dapat dibagi menjadi :
      1. Monopoli : merupakan bentuk pasar dari suatu barang yang ditawarkan atau yang diproduksi oleh satu orang/produsen. 
      2. Duopoli : bentuk pasar dari suatu barang yang ditawarkan atau yang diproduksi oleh dua orang/produsen. 
      3. Oligopoli : bentuk pasar dari suatu barang yang ditawarkan atau yang diproduksi oleh beberapa (lebih dari dua) orang/produsen. 
      4. Persaingan Sempurna : bentuk pasar dari suatu barang yang ditawarkan atau yang diproduksi oleh banyak orang/produsen.

      Peran pasar yang utama adalah mempertemukan penawaran dan permintaan (produsen dan konsumen) dalam rangka pembentukan harga serta menambah kegunaan barang. Sedangkan fungsi ekonomis dari pasar meliputi :
      1. menyalurkan barang dari produsen ke konsumen : di dalam pasar konsumen mencari barang yang dibutuhkan dan produsen menyediakan barang yang diperlukan, 
      2. memecahkan persoalan perbedaan tempat : pasar mengatasi perbedaan tempat antara produsen dan konsumen, di samping itu juga menjembatani perbedaan antara konsumen satu dengan lainnya, 
      3. memecahkan persoalan perbedaan waktu : hasil-hasil pertanian bersifat musiman sedangkan permintaan berlangsung terus menerus, sehingga mengatasi perbedaan waktu antara saat panen dengan saat dibutuhkan, 
      4. seleksi dan kombinasi barang menurut jumlah dan jenisnya : kebanyakan usaha produksi dispesialisasikan pada satu macam barang saja, sedangkan konsumen menghendaki macam-macam barang dalam berbagai jumlah, ukuran dan kualitas.
      Baca Selengkapnya »»

      Thursday, January 21, 2010

      BEBERAPA ISTILAH PERTANIAN


      Bulky : Barang yang volumenya besar tetapi nilainya rendah.
      Grading : Pemisahan barang ke dalam kelas-kelas berdasarkan mutu seperti ukuran, warna, keutuhan, kematangan, dan sebagainya.
      Input : Lebih banyak diterjemahkan sebagai masukan, yaitu istilah untuk menunjuk pada semua bahan, alat, mesin, tenaga kerja, termasuk faktor lingkungan alam yang diperlukan dalam proses produksi dan operasi.
      Integrasi vertikal : Penggabungan dua aktivitas bisnis atau lebih dengan tingkatan produk yang berbeda, misalnya perusahaan selain menghasilkan bahan mentah juga mengolahnya menjadi produk antara atau barang jadi.

      Karakteristik : Ciri-ciri atau sifat-sifat seseorang, kelompok, etnis, atau aktivitas tertentu.
      Macroclimate : Iklim makro, yaitu kondisi iklim di suatu tempat sebagai bagian dari kondisi geografis secara keseluruhan, misalnya daerah tropis & subtropis.
      Microclimate : Iklim mikro, yaitu kondisi iklim dalam suatu daerah yang khas. Ini dicirikan oleh kondisi cuaca daerah tersebut.
      Monopolistik : Pasar dengan struktur satu penjual dan banyak pembeli.
      Monopsonistik : Pasar dengan struktur satu pembeli dan banyak penjual.
      Oligopolistik : Pasar dengan struktur beberapa penjual dan banyak pembeli.
      Oligopsonistik : Pasar dengan struktur beberapa pembeli dan banyak penjual.
      Output : Lebih banyak diterjemahkan sebagai keluaran. Istilah ini menunjuk pada produk baik barang atau jasa yang dihasilkan dalam proses suatu produksi atau operasi.
      Pasar persaingan sempurna : Pasar yang dicirikan oleh jumlah penjual dan pembeli yang banyak, produk seragam, penjual dan pembeli bebas keluar masuk pasar.
      Perishable : Barang-barang yang cepat mengalami kerusakan baik busuk/ susut.
      Produk akhir : Barang hasil olahan bahan mentah atau produk antara yang sudah siap dikonsumsi.
      Produk antara : Barang hasil olahan bahan mentah atau komoditas primer yang belum siap dikonsumsi tetapi harus diolah lagi menjadi barang jadi.
      Produk substitusi : Produk pengganti, yaitu produk yang dapat dalam konsumsinya dapat menggantikan fungsi produk lain, misalnya beras dengan jagung, daging dengan telur, dan sebagainya.
      Proteksi : Perlindungan yang diberikan pemerintah kepada aktivitas ekonomi domestik misalnya berupa subsidi, larangan impor, pajak impor, dsb.
      Transformasi : Proses pengubahan input menjadi output melalui aktivitas budidaya, penanganan, atau pengolahan.
      Voluminous : Bervolume besar, komoditas yang memerlukan ruang yang besar.
      Pasar Konkrit : pasar yang dapat dilihat wujudnya baik berupa bangunan yang sifatnya sementara ataupun permanen.
      Pasar Abstrak : keseimbangan kekuatan antara permintaan (konsumen) dan penawaran (penjual) dari suatu barang atau jasa yang tidak dapat dilihat dikarenakan peristiwa atau kejadiannya tidak berupa wujud sebagai suatu bangunan.
      Pemasaran (marketing) : proses sosial dan proses manajerial yang memungkinkan individu/kelompok memperoleh apa yang dibutuhkannya [needs] dan apa yang diinginkannya [wants] melalui proses pertukaran.
      Riset pemasaran : perancangan, pengumpulan, analisis dan pelaporan yang sistematis dari data atau temuan yang relevan dengan situasi pemasaran tertentu yang dihadapi perusahaan.
      Segmentasi Pasar : pembagian pasar menjadi unit-unit tertentu atas dasar geografi, demografi, psikografi dan perilaku konsumen.
      Perencanaan strategis usaha : proses manajerial untuk mengembangkan dan menjaga agar sasaran, keahlian dan sumber daya organisasi sesuai dengan peluang pasar yang terus berubah.
      Proses tataniaga : suatu pergerakan yang terdiri dari sekumpulan kegiatan-kegiatan dan peristiwa-peristiwa yang berlangsung dalam beberapa rentetan. Di dalam proses tataniaga juga terdapat berbagai bentuk koordinasi yang diperlukan terhadap sekumpulan kegiatan dan peristiwa itu dalam menggerakkan barang dan jasa dengan cara yang teratur dari tangan produsen ke tangan konsumen.
      Saluran pemasaran : perantara pemasaran yang melakukan berbagai fungsi diantara produsen dan pemakai. Beberapa perantara, seperti pedagang besar dan pengecer, membeli dan mempunyai hak atas barang serta menjual kembali barang dagang tersebut.
      Promosi penjualan : kumpulan kiat insentif yang berbeda-beda, umumnya berjangka pendek, dirancang untuk mendorong pembelian yang lebih cepat dan atau lebih besar dari suatu produk/jasa tertentu.
      Baca Selengkapnya »»

      Thursday, January 14, 2010

      TANAMAN BUAH


      Tanaman buah adalah tanaman yang menghasilkan buah yang dimakan (komsumsi) dalam keadaan segar, baik sebagai buah meja atau bahan terolah dan secara umum tidak tahan disimpan lama.

      Sifat produk tanaman buah adalah:
      1. Mudah rusak (perishable). Buah merupakan produk tanaman hortikultura yang dikenal mudah rusak, sehingga diperlukan suatu teknologi untuk mempertahankan mutu buah.

      2. Resiko besar. Buah dengan sifat mudah rusak akan berpengaruh terhadap ketersediaan dan permintaan pasar, sehingga fluktuasi harga tinggi. Misalnya perubahan cuaca, adanya serangan hama atau penyakit tertentu akan mempengaruhi produksi baik kuantitas maupun kualitas.
      3. Musiman. Tanaman buah umumnya tanaman berumur panjang (prennial), sehingga berbuah adalah musiman yang berakibat tidak tersedia setiap saat. Pada musim berbuah umumnya produk melimpah, sehingga diperlukan suatu teknologi untuk dapat menampung produk tersebut.
      4. Bulky. Buah umumnya mempunyai kandungan air tinggi, sehingga memerlukan ruang besar atau perlakuan khusus di dalam transportasi maupun di penyimpanan. Hal tersebut akan menyebabkan biaya tinggi.
      5. Spesialisasi geografi. Tanaman buah membutuhkan agroklimat tertentu untuk menghasilkan buah dengan kuantitas dan kualitas tertentu. Misalnya: salak Bali, jeruk Siam, madu Karo, duku Palembang, dan sebagainya.
      Baca Selengkapnya »»

      Saturday, January 09, 2010

      ANALISIS STRUKTUR PENDAPATAN USAHATANI


          Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani :

                               
      P = TR –TC
      Dimana :
      TR = total revenue = total penerimaan usahatani = jumlah produk x harga
      TC = total cost = total pengeluaran = biaya tetap + biaya variabel

      Analisis Marjin Pemasaran :

                               Mm = Pe – Pf

      Dimana :
      Pe = harga di tingkat kelembagaan pemasaran tujuan pemasaran dari petani
      Pf = harga di tingkat petani

      Mmi = Ps – Pb

      Dimana :
      Ps = harga jual pada setiap tingkat lembaga pemasaran
      Pb = harga beli pada setiap tingkat lembaga pemasaran

                            Mm = P + c
                            Pe – Pf = + c
                            Pf = Pe - – c

      Dimana :
      P= keuntungan lembaga pemasaran
      c = biaya pemasaran

      Analisis Bagian Harga yang Diterima Petani (Farmer’s Share, %) :


      Fs =(Pf/Pr) x 100 %

      Dimana :
      Fs = Farmer’s share
      Pf = Harga di tingkat petani
      Pr = Harga di tingkat lembaga pemasaran
      Baca Selengkapnya »»