PARIWARA

Your Ad Here

Friday, July 02, 2010

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keragaan Pasar Kerja Pertanian - NonPertanian

1. Angkatan Kerja
Peningkatan angkatan kerja di Indonesia dipengaruhi oleh pertambahan penduduk usia produktif dan jumlah angkatan kerja tahun sebelumnya baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan. Upah sektoral riel bukan merupakan faktor utama yang mendorong penduduk untuk masuk ke pasar kerja. Perilaku seperti ini terjadi akibat besarnya jumlah angkatan kerja yang tidak didukung dengan kesempatan kerja yang memadai. Hasil dugaan menunjukkan bahwa migrasi desa-kota merupakan peubah yang berpengaruh nyata terhadap penurunan jumlah angkatan kerja pedesaan. Hal ini merupakan petunjuk bahwa peningkatan migrasi desa-kota secara besar-besaran akan mengarah pada terjadinya kelangkaan angkatan kerja di wilayah pedesaan dan limpahan angkatan kerja di perkotaan.

2. Kesempatan Kerja
Pendapatan nasional sektoral, Program Padat Karya di perkotaan dan Pembangunan Prasarana Desa Tertinggal di pedesaan berpengaruh nyata terhadap peningkatan kesempatan kerja sektoral. Program Padat Karya dan Pembangunan Prasarana Desa Tertinggal lebih berpengaruh terhadap penciptaan kesempatan kerja daripada pendapatan nasional sektoral. Hal ini menunjukkan adanya indikasi pendapatan nasional sektoral, walaupun berpengaruh positif, lebih banyak digunakan untuk kegiatan penciptaan barang kapital daripada untuk penciptaan kesempatan kerja, sedangkan Pogram Padat Karya dan Pembangunan Prasarana Desa Tertinggal benar-benar ditujukan pada penciptaan kesempatan kerja. Penggunaan mesin industri dan traktor berperan sebagai faktor produksi substitusi bagi faktor produksi tenaga kerja.


3. Upah Sektoral Riel
Peubah penjelas yang berpengaruh terhadap perubahan upah sektoral riel adalah kebijakan Upah Minimum Regional Sektoral. Jika dilihat dari nilai elastisitasnya maka peubah penjelas tersebut paling responsif diantara peubah-peubah lainnya. Peubah lain yang juga mempengaruhi upah sektoral riel adalah inflasi. Jika inflasi terus meningkat maka upah riel akan menurun. Jika kita menghubungkan upah sektoral riel tersebut dengan daya beli pekerja, maka penurunan upah tersebut akan mengarah pada turunnya daya beli masyarakat. Berdasarkan hasil dugaan terlihat bahwa upah riel lebih tinggi di luar Jawa daripada di Jawa. Jika upah merupakan suatu faktor yang mempengaruhi seseorang bermigrasi, maka perbedaan upah tersebut diperkirakan akan mendorong terjadinya arus perpindahan penduduk dari Jawa ke luar Jawa.

4. Produktifitas Pekerja
Produktifitas pekerja utamanya dipengaruhi oleh upah sektoral riel, konsumsi kalori, dummy program Jaring Pengaman Sosial bidang Kesehatan, dan peubah lag endogennya. Ditinjau secara sektoral, hasil dugaan menunjukkan bahwa upah riel sektor industri memberikan pengaruh terbesar bagi peningkatan produktifitas pekerja sektor tersebut. Penerapan Program Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan menunjukkan hasil yang positif bagi peningkatan produktifitas pekerja di ketiga sektor.

5. Migrasi Desa-Kota
Hasil dugaan menunjukkan bahwa migrasi desa-kota dipengaruhi secara nyata oleh upah riel relatif sektor industri, jumlah penduduk desa usia produktif, dummy wilayah dan peubah lag endogennya. Upah riel relatif sektor industri lebih mempengaruhi proses migrasi desa-kota daripada upah riel sektor pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa upah industri lebih menjadi perhatian para migran untuk bermigrasi. Selain itu, faktor usia juga merupakan faktor penting yang mendorong seseorang untuk bermigrasi. Hasil dugaan menunjukkan bahwa migrasi desa-kota akan meningkat jika penduduk desa usia produktif naik. Ditinjau dari nilai elastisitasnya maka migrasi desa-kota lebih responsif terhadap perubahan tingkat pengangguran di perkotaan daripada di pedesaan.
Jika kita mengkategorikan faktor upah riel relatif sektor industri dan tingkat pengangguran di perkotaan sebagai faktor penarik (pull-factor) untuk bermigrasi dan faktor upah riel sektor pertanian serta tingkat pengangguran di pedesaan sebagai faktor pendorong (push-factor), hasil penemuan ini menunjukkan bahwa migrasi desa-kota lebih disebabkan oleh adanya faktor penarik dari perkotaan daripada faktor pendorong yang ada di pedesaan.

6. Added Worker
Peubah upah sektoral riel bukan merupakan faktor yang menentukan seseorang untuk masuk ke pasar kerja. Hasil dugaan menunjukkan bahwa Added worker dipengaruhi secara nyata oleh peubah jumlah penduduk yang masuk ke pasar kerja dengan alasan membantu ekonomi keluarga dan menambah penghasilan serta putus/tamat sekolah. Kondisi ini menunjukkan bahwa pada kasus krisis ekonomi, upah bukan merupakan hal penting yang mendorong seseorang untuk masuk ke pasar kerja. Situasi ekonomi yang sulit memaksa seseorang untuk masuk ke pasar kerja dengan upah berapapun, yang setidaknya dapat membantu memperbaiki ekonomi rumah tangga.

7. Discourage Worker
Jika dalam pembahasan mengenai added worker, upah sektoral riel bukan merupakan faktor yang mempengaruhi seseorang untuk masuk ke pasar maka pada discourage worker upah sektoral riel juga bukan faktor penentu seseorang untuk keluar dari pasar kerja. Tingginya jumlah pengangguran di kedua daerah merupakan faktor penentu yang penting bagi seseorang untuk keluar dari pasar kerja. Di perkotaan, investasi sektor industri juga berpengaruh nyata terhadap discourage worker namun tidak untuk pedesaan

8. Pendapatan Nasional
Pendapatan nasional secara sektoral dipengaruhi secara nyata baik oleh produktifitas pekerja sektoral maupun kesempatan kerja sektoral. Hasil perhitungan elastisitas memperlihatkan bahwa pendapatan nasional sektoral cenderung lebih responsif terhadap perubahan kesempatan kerja sektoral daripada produktifitas pekerja.

9. Pengangguran
Jumlah pengangguran perkotaan dipengaruhi secara nyata hanya oleh jumlah added worker perkotaan, sementara jumlah pengangguran pedesaan dipengaruhi tidak hanya oleh added worker pedesaan tetapi juga oleh angkatan kerja pedesaan dan kesempatan kerja pertanian di pedesaan. Ditinjau dari sisi kesempatan kerja, jumlah pengangguran di perkotaan lebih disebabkan karena penurunan kesempatan kerja sektor industri di wilayah tersebut. Sebaliknya jumlah pengangguran di pedesaan lebih dipengaruhi oleh penurunan jumlah kesempatan kerja sektor pertanian di pedesaan.

Sumber : Dessy Adriani, 2003, Keragaan Pasar Kerja Pertanian-NonPertanian dan Migrasi Desa-Kota : Telaah Periode Krisis Ekonomi, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Palembang.
Baca Selengkapnya »»