Mutu beras sangat bergantung pada mutu
gabah yang akan digiling dan sarana mekanis yang digunakan dalam penggilingan.
Selain itu, mutu gabah juga dipengaruhi oleh genetik tanaman, cuaca, waktu
pemanenan, dan penanganan pascapanen.
Pemilihan
beras merupakan ungkapan selera pribadi konsumen, ditentukan oleh faktor
subjektif dan dipengaruhi oleh lokasi, suku bangsa atau etnis, lingkungan,
pendidikan, status sosial ekonomi, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan. Beras
yang mempunyai cita rasa nasi yang enak mempunyai hubungan dengan selera dan
preferensi konsumen serta akan menentukan harga beras. Secara tidak langsung, faktor
mutu beras diklasifikasikan berdasarkan nama atau jenis (brand name)
beras atau varietas padi.
Respons
konsumen terhadap beras bermutu sangat tinggi. Agar konsumen mendapatkan
jaminan mutu beras yang ada di pasaran maka dalam perdagangan beras harus diterapkan
sistem standardisasi mutu beras. Jenis pengujian mutu beras meliputi beras
kepala, beras patah, butir menir, butir kapur, serta butir kuning dan rusak dengan
penjelasan sebagai berikut:
- Beras kepala, yaitu butir beras sehat maupun cacat yang mempunyai ukuran lebih besar atau sama dengan 75% bagian dari butir beras utuh.
- Beras patah, yaitu butir beras sehat maupun cacat yang mempunyai ukuran lebih besar dari 25% sampai dengan lebih kecil 75% bagian dari butir beras utuh.
- Butir menir, yaitu butir beras sehat maupun cacat yang mempunyai ukuran lebih kecil dari 25% bagian butir beras utuh.
- Butir kapur, yaitu butir beras yang separuh bagian atau lebih berwarna putih seperti kapur dan bertekstur lunak yang disebabkan faktor fisiologis.
- Butir kuning, yaitu butir beras utuh, beras kepala, beras patah, dan menir yang berwarna kuning atau kuning kecoklatan (BPTP Sumatera Selatan 2006).
Sumber: Soerjandoko.
2010. Teknik Pengujian Mutu Beras Skala
Laboratorium. Buletin Teknik Pertanian Vol. 15, No. 2, 2010: 44-47