Metode dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengevaluasi kualitas penampilan produk hortikultura adalah:
- Ukuran. a) Dimensi: diukur dengan cincin (ring) pengukur, jangka sorong; b) Bobot: umumnya menghubungkan antara ukuran dan berat. Ukuran juga dapat dinyatakan sebagai jumlah komoditi tiap unit beratnya, misalnya 10 apel/kg; c) Volume: diketahui melalui pencelupan dalam air atau melalui pengukuran dimensi.
- Bentuk (shape). Perbandingan dimensi seperti perbandingan antara diameter dengan kedalaman digunakan sebagai indek bentuk buah. Model (diagram-gambar) merupakan suatu alat evaluasi kualitas bentuk.
- Warna. Keseragaman dan intensitas, merupakan kualitas penampilan yang sangat penting: a). Visual Matching – kartu warna (colour chart) petunjuk untuk mencocokan dan menetukan warna buah dan sayuran; b). Light Reflection Meter – pengukur warna berdasarkan jumlah cahaya yang dipantulkan dari permukaan komoditi; c). Light Transmision Meter – pengukur warna melalui cahaya yang diteruskan (transmit) oleh komoditi. Digunakan untuk menentukan warna internal dan berbagai penyakit.
- Kandungan pigmen, merupakan cara mengevaluasi komoditi berdasarkan kandungan pigmen seperti klorofil, karotenoid (karotin, licopen, xantopil) dan flavonoid (anthosianin).
- Kilau (gloss atau bloom), merupakan kualitas penampakan dari kilap atau kilau permukaan produk. Contoh alat Gloos Meter.
- Adanya cacat (eksternal dan internal). Jumlah intensitas cacat dievaluasi dengan menggunakan sistim skoring dari 1 s/d 5. 1 = tidak ada gejala 2 = gejala ringan 3 = gejala sedang 4 = gejala banyak 5 = gejala sangat banyak Jika diperlukan kategori atau skor dapat diperpanjang dari 1 s/d 7 atau 1 s/d 9. Untuk mengurangi keragaman nilai antar evaluator, maka perlu pula disertakan gambaran rinci dan foto sebagai petunjuk dalam pemberian skor.
Sumber: Bambang B. Santoso. 2012. Standarisasi Mutu Produk Pasca Panen.
0 comments:
Post a Comment