PARIWARA

Your Ad Here
Showing posts with label budidaya. Show all posts
Showing posts with label budidaya. Show all posts

Thursday, January 20, 2011

Agroforestry

Program penghijauan atau penghutanan perlu terus dilakukan baik di lahan petani maupun di kawasan hutan. Sistem penanaman dalam pelaksanaan penghutanan kembali baik di dalam dan di luar kawasan dapat dilakukan dengan dua pola yaitu murni tanaman kayu (bisa satu jenis tanaman kayu atau campuran) maupun agroforestry. Sebenarnya agroforestry juga merupakan pola tumpang sari, yang memadukan tanaman tahunan dengan tanaman pertanian. Pola ini mampu menutup tanah dengan sempurna sehingga berpengaruh efektif terhadap pengendalian erosi dan peningkatan pasokan air tanah. 

 
Menyadari keberadaan masyarakat sekitar hutan sangat menentukan baik dan buruknya hutan. Perhutani dalam rangka pelaksanaan program pembangunan hutan, menerapkan pola agroforestry dengan melibatkan masyarakat sekitar hutan untuk ikut berpartisipasi. Pada saat tanaman tahunan masih kecil petani sekitar hutan dapat mengusahakan lahan untuk budidaya tanaman semusim. Sehingga program pembangunan hutan bersama masyarakat (PHBM) yang dulu dikenal sebagai perhutanan sosial, akan berdampak positip ganda, disamping dapat membantu masyarakat secara ekonomis (dari hasil tanaman semusim dan rumput untuk pakan ternak) juga kelestarian tanaman hutan akan terjamin, karena tumbuh kesadaran petani untuk memeliharanya. Secara teknis konservasi, adanya variasi antara tanaman pertanian semusim dan /atau dengan rumput di antara tegakan tanaman tahunan, akan meningkatkan penutupan lahan secara sempurna. Komposisi penutupan ini secara efektif akan menekan laju erosi dan sedimen dan mengurangi evaporasi sehingga cadangan air tanah akan tersedia lebih banyak.
Baca Selengkapnya »»

Sunday, December 12, 2010

Kelayakan Usahatani Budidaya Kacang Hijau / ha

1. Biaya Produksi
A.Penggunaan Tenaga Kerja = Rp.809.000,- /ha dengan rincian sebagai berikut:
Pengolahan Tanah = Rp.263.000,-
Aplikasi pupuk dasar = Rp.0
Penanaman = Rp. 139.000,-
Penyiangan = Rp.131.000,-
Pemupukan = Rp.0
Pemeliharaan = Rp.65.000,-
Panen = Rp.118.000,-
Pascapanen = Rp.93.000,-

B. Sarana Produksi = Rp.96.000,- /ha dengan rincian sebagai berikut :
Benih = Rp.46.000,-
Urea = Rp.0,-
SP 36 =Rp.0,-
KCl = Rp.0,-
Pupuk Kandang = Rp.0,-
Obat-obatan = Rp.50.000,-


C. Total Biaya Produksi = Biaya tenaga kerja + biaya sarana produksi = Rp.905.000,- / ha

2. Hasil Usahatani
Produksi = 260 kg /ha
Penerimaan = Rp.1.300.000,- /ha
Pendapatan = Penerimaan - Total Biaya = Rp.1.300.000 - Rp.905.000 = Rp.395.000, - /ha

3. Analisis Kelayakan Usahatani
R/C = Rp.1.300.000/905.000 = 1,44
B/C =395.000/905.000 = 0,44

Kesimpulan : 
  1. Usahatani kacang hijau layak menguntungkan untuk dibudidayakan
  2. Keuntungan atau pendapatan dapat diperbesar dengan cara menekan biaya tenaga kerja berupa kegiatan pengolahan tanah sampai pasca panen dengan menggunakan tenaga kerja sendiri atau anggota keluarga
  3. Acuan semua biaya dan harga kacang hijau /kg tidak bisa disamaratakan untuk setiap daerah karena kondisi dan karakteristik setiap daerah berbeda-beda serta biaya dan harga bersifat dinamis artinya dapat berubah setiap saat.
Baca Selengkapnya »»

Wednesday, December 30, 2009

BUNGA KRISAN (Chrysanthenum)


Krisan atau Chrysanthenum merupakan salah satu jenis tanaman hias yang telah lama dikenal dan banyak disukai masyarakat serta mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Bunga krisan juga memiliki kesegaran yang relatif lama dan mudah dirangkai. Keunggulan lain yang dimiliki adalah bahwa pembungaan dan panennya dapat diatur menurut kebutuhan pasar.


Sebagai bunga potong, krisan digunakan sebagai bahan dekorasi ruangan, jambangan (vas) bunga dan rangkaian bunga. Sebagai tanaman pot krisan dapat digunakan untuk menghias meja kantor, ruangan hotel, restaurant dan rumah tempat tinggal. Selain digunakan sebagai tanaman hias, krisan juga berpotensi untuk digunakan sebagai tumbuhan obat tradisional dan penghasil racun serangga (hama).

Krisan atau dikenal juga dengan seruni bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Menurut Rukmana dan Mulyana (1997), terdapat 1000 varietas krisan yang tumbuh di dunia. Beberapa varietas krisan yang dikenal antara lain adalah C. daisy, C. indicum, C. coccineum, C. frustescens, C. maximum, C. hornorum, dan C. parthenium. Varietes krisan yang banyak ditanam di Indonesia umumnya diintroduksi dari luar negeri, terutama dari Belanda, Amerika Serikat dan Jepang. Bunga krisan sangat populer di masyarakat karena banyaknya jenis, bentuk dan warna bunga. Selain bentuk mahkota dan jumlah bunga dalam tangkai, warna bunga juga menjadi pilihan konsumen. Pada umumnya konsumen lebih menyukai warna merah, putih dan kuning, sebagai warna dasar krisan. Namun sekarang terdapat berbagai macam warna yang merupakan hasil persilangan di antara warna dasar tadi.

Bunga krisan digolongkan dalam dua jenis yaitu jenis spray dan standar. Krisan jenis spray dalam satu tangkai bunga terdapat 10 — 20 kuntum bunga berukuran kecil . Sedangkan jenis standar pada satu tangkai bunga hanya terdapat satu kuntum bunga berukuran besar. Bentuk bunga krisan yang biasa dibudidayakan sebagai bunga berukuran besar. Bentuk bunga krisan yang bisa dibudidayakan sebagai bunga potong adalah Tunggal, Anemone, Pompon, Dekoratif, Bunga besar (Hasyim dan Reza dalam Wisudiastuti, 1999).

Bunga potong yang banyak diminati adalah bunga yang mekar sempurna, penampilan yang sehat dan segar serta mempunyai tangkai batang yang tegar dan kekar, sehingga bunga potong menjadi awet dan tahan lama. Krisan merupakan salah satu jenis bunga potong penting di dunia. Pada perdagangan tanaman hias dunia, bunga krisan merupakan salah satu bunga yang banyak diminati oleh beberapa negara Asia seperti Jepang, Singapore dan Hongkong, serta Eropa seperti Jerman, Perancis dan Inggris (Wisudiastuti, 1999).

Krisan menempati urutan kedua setelah bunga mawar. Dari waktu ke waktu permintaan terhadap bunga krisan baik dalam bentuk bunga potong maupun dalam pot mengalami kenaikan. Sebagai gambaran proyeksi kebutuhan bunga potong di Jakarta pada tahun 1999 berjumlah 58.992.100 tangkai bunga, 20 persen diantara adalah krisan (Rukmana dan Mulyana, 1997). Selain itu dijelaskan lebih lanjut bahwa Flower Council of Holland, Belanda, meramalkan konsumsi bonga potong dan tanaman pot dunia pada periode 1993 – 1997 meningkat dari 68 milyar menjadi 78 milyard gulden. Sekalipun telah banyak dibudidayakan di Indonesia, tetapi tanaman krisan masih belum dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri terlebih lagi untuk kebutuhan ekspor.

Bunga potong krisan mempunyai peluang pasar yang sangat luas. Pasar potensial yang dapat diharapkan adalah pasar-pasar yang ada di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Malang dan Denpasar. Permintaan untuk kebutuhan bahan dekorasi restoran, kantor, hotel maupun rumah tempat tinggal. Perilaku masyarakat di kota besar dalam menyambut hari-hari spesial maupun hari-hari besar Natal, Tahun Baru dan Lebaran membuat permintaan terhadap bunga krisan dan bunga potong lainnya semakin bertambah. Sebagai gambaran dapat dijelaskan bahwa untuk wilayah Jakarta permintaan bunga potong meningkat rata-rata 10% (Rukhmana dan Mulyana, 1997). Disebutkan pula bahwa pada tahun 1991 nilai perdagangan bunga potong di DKI Jakarta mencapai RP. 1 Milyar per bulan.

Selain dalam negeri, pasar luar negeri mempunyai potensi yang besar. Pada tahun 1993 Indonesia mengekspor bunga potong krisan sebanyak 198,3 ton senilai US$ 243,7 ribu ke negara Hongkong, Jepang, Malaysia dan Singapura (Rhukmana dan Mulyana, 1997). Hal ini menunjukan bahwa usaha bunga krisan dan bunga potong lainnya semakin mengalami peningkatan sejalan dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, meningkatnya taraf hidup masyarakat sebagai akibat dari pertumbuhan ekonomi dan semakin tingginya budaya masyarakat.

Merujuk pada data-data tersebut diatas dapat dikatakan bahwa usaha pengembangan bunga potong krisan memiliki prospek yang cerah. Mengingat sumberdaya lahan yang terbentang luas dan semakin meningkatnya ketrampilan dan pengalaman petani bunga potong, maka usaha bunga krisan dapat dikembangkan dalam skala kecil dan menengah. Untuk keperluan kamar domestik, pengembangan usaha krisan dapat dicampur dengan jenis bunga potong lainnya. Pada skala ini pengadaan bahan sarana produksi terlebih lagi ketersediaan lahan sebagai media tumbuh masih dapat diupayakan, dengan menggunakan manajemen yan relatif sederhana. Untuk keperluan ekspor pengembangan usaha bunga krisan dapat dikembangkan dalam skala menengah sampai besar. Namun, pada skala ini yang perlu mendapat perhatian khusus adalah masalah status lahan yang digunakan. Jenis bunga potong yang akan ditanam tergantung pada besarnya permintaan untuk setiap jenis bunga potong.

Tanaman krisan pada umumnya banyak dijumpai pada daerah yang mempunyai ketinggian 700 — 1.200 m. suhu udara antara 18 °C — 22 °C dengan kondisi kelembaban udara tinggi. Selain dari itu untuk memperoleh bunga yang berkualitas baik, tanaman krisan membutuhkan cahaya yang Iebih lama untuk merangsang proses pembungaan.
Baca Selengkapnya »»