PARIWARA

Your Ad Here
Showing posts with label pertanian. Show all posts
Showing posts with label pertanian. Show all posts

Monday, April 04, 2011

TIPOLOGI PELUANG DALAM INISIATIF NILAI TAMBAH

Dari berbagai tipologi yang ada, terutama di bidang pertanian, peluang untuk memberikan nilai tambah pada hasil produksi pertanian tidak dapat dilakukan secara terpisah-pisah. Karena pada kenyataannya untuk memberikan nilai tambah pada suatu produk pertanian diperlukan berbagai jenis nilai tambah yang saling berinteraksi.

Dengan demikian keseluruhan jenis nilai tambah yang ada harus dapat dirancang secara sistematik untuk mencapai tujuan yang diinginkan yaitu keunggulan kompetitif berbasis nilai tambah secara berkelanjutan. Dan untuk mewujudkannya diperlukan kerja sama aktif diantara para pelaku produksi pertanian.

Secara lebih spesifik, Amanor-Boadu (2005) menyatakan bahwa terdapat dua katagori utama peluang dalam pertanian yang dapat dikembangkan oleh para pelaku pertanian, yaitu: pangan dan non pangan. Pengembangan hasil pertanian menjadi produk pangan akan mengarah pada pengembangan pangan eksotik, pangan fungsional dan reposisi produk tradisional. Arahan tersebut terjadi karena tuntutan dari perubahan perilaku konsumen, dimana produk pangan tidak hanya berfungsi sebagai untuk kebutuhan dasar supaya sehat, tetapi berkembang ke arah fungsi makanan yang menyehatkan.

Sumber : Iwan Setiawan, 2008. Alternatif Pemberdayaan Bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani Lahan Kering (Studi Literatur Petani Jagung Di Jawa Barat). Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Bandung.
Baca Selengkapnya »»

Sunday, January 31, 2010

SIFAT DAN CIRI PRODUK PERTANIAN

Produksi pertanian dapat disarikan dalam beberapa sifat dan ciri sebagai berikut (Teken dan Hamid, 1982) :
  1. Produksi yang diperoleh dari usaha secara kecil-kecilan (small scale production). Produksi secara kecil-kecilan ini adalah akibat dari usaha yang dilakukan petani secara kecil-kecilan pula. Padi atau beras, misalnya, dihasilkan oleh berjuta-juta petani. Dengan demikian petani-petani tidak dapat mempengaruhi permintaan atas jenis barang yang dihasilkannya. Mereka sulit untuk saling berkomunikasi dalam hal penjualan, penyimpanan dan sebagainya, karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuan akan hal tersebut. Berbeda halnya dengan perusahaan-perusahaan industri, karena telah memiliki kemampuan yang besar untuk menganalisis situasi pasar, melakukan grading, penyimpanan dan sebagainya, maka mereka tidak mengalami kesulitan dalam hal penjualannya. Mereka dapat menguasai atau mengendalikan produksinya sewaktu-waktu, jika permintaan menurun. Perusahaan-perusahaan industri dengan mudah dapat diorganisir atau mengorganisir dirinya. 
  2. Produksi bersifat musiman. Karena bersifat musiman, maka hasil produksi akan diperoleh pada waktu-waktu tertentu, sesuai dengan umur tanaman yang bersangkutan. Kita tidak bisa memaksakan tanaman padi berbuah pada umur satu bulan, karena kebetulan pada saat itu persediaan beras telah habis atau harga beras terlalu tinggi karena terlalu banyak permintaan. Sifat produksi yang demikian inilah sering menimbulkan kesulitan dalam proses pengimbangan. Begitu pula di saat-saat panen sering dijumpai beberapa kesulitan dalam hal penyimpanan dan pengangkutan. Pada saat ini biaya-biaya penyimpanan dan pengangkutan biasanya meningkat. Pedagang-pedagang pengumpul harus menyediakan modal yang cukup besar untuk membeli hasil-hasil pertanian itu, untuk menyewa gudang dan ongkos transpor.
  3.  Produksi terpencar. Tempat produksi pertanian tidak terpusat, tetapi letaknya terpencar. Hal ini disebabkan petani itu selalu mencari tempat yang keadaan tanah dan iklimnya cocok untuk tanamannya, tanpa memperhitungkan apakah dekat atau jauh dari kota atau pasar. Petani tidak dapat dipaksakan melakukan produksi di tempat yang tandus atau bergunung-gunung, meskipun secara ekonomis mudah dijangkau oleh para pedagang pengumpul atau konsumen. Karena keterpencaran ini maka dapat dibayangkan kesulitan dalam proses pengumpulan agar menjadi suatu jumlah yang besar.
  4.  Produk hasil-hasil pertanian bersifat berat (bulky), mengambil banyak tempat (volumnious) dan cepat atau musah rusak (perishable). Kebanyakan hasil-hasil pertanian timbangannya adalah berat dan memerlukan banyak tempat. Hal ini berarti nilai per satuan berat dan per satuan volume adalah lebih kecil dibandingkan nilai barang-barang industri. Sebungkus rokok yang beratnya beberapa gram nilainya dalam Rupiah kira- kira sama dengan 1-2 kg singkong. Jelas dalam hal ini bahwa akan terjadi perbedaan dalam hal pengangkutan dan penyimpanan. Dapat dibayangkan betapa besar perbedaan nilai jika kita mengangkut 1 ton singkong dan 1 ton rokok pada tarif dan jarak yang sama. Selain itu sifat hasil pertanian juga mudah rusak atau busuk, sehingga diperlukan perawatan dan penyimpanan yang baik dan pengangkutan yang cepat ke tempat konsumen.
Baca Selengkapnya »»

Thursday, January 21, 2010

BEBERAPA ISTILAH PERTANIAN


Bulky : Barang yang volumenya besar tetapi nilainya rendah.
Grading : Pemisahan barang ke dalam kelas-kelas berdasarkan mutu seperti ukuran, warna, keutuhan, kematangan, dan sebagainya.
Input : Lebih banyak diterjemahkan sebagai masukan, yaitu istilah untuk menunjuk pada semua bahan, alat, mesin, tenaga kerja, termasuk faktor lingkungan alam yang diperlukan dalam proses produksi dan operasi.
Integrasi vertikal : Penggabungan dua aktivitas bisnis atau lebih dengan tingkatan produk yang berbeda, misalnya perusahaan selain menghasilkan bahan mentah juga mengolahnya menjadi produk antara atau barang jadi.

Karakteristik : Ciri-ciri atau sifat-sifat seseorang, kelompok, etnis, atau aktivitas tertentu.
Macroclimate : Iklim makro, yaitu kondisi iklim di suatu tempat sebagai bagian dari kondisi geografis secara keseluruhan, misalnya daerah tropis & subtropis.
Microclimate : Iklim mikro, yaitu kondisi iklim dalam suatu daerah yang khas. Ini dicirikan oleh kondisi cuaca daerah tersebut.
Monopolistik : Pasar dengan struktur satu penjual dan banyak pembeli.
Monopsonistik : Pasar dengan struktur satu pembeli dan banyak penjual.
Oligopolistik : Pasar dengan struktur beberapa penjual dan banyak pembeli.
Oligopsonistik : Pasar dengan struktur beberapa pembeli dan banyak penjual.
Output : Lebih banyak diterjemahkan sebagai keluaran. Istilah ini menunjuk pada produk baik barang atau jasa yang dihasilkan dalam proses suatu produksi atau operasi.
Pasar persaingan sempurna : Pasar yang dicirikan oleh jumlah penjual dan pembeli yang banyak, produk seragam, penjual dan pembeli bebas keluar masuk pasar.
Perishable : Barang-barang yang cepat mengalami kerusakan baik busuk/ susut.
Produk akhir : Barang hasil olahan bahan mentah atau produk antara yang sudah siap dikonsumsi.
Produk antara : Barang hasil olahan bahan mentah atau komoditas primer yang belum siap dikonsumsi tetapi harus diolah lagi menjadi barang jadi.
Produk substitusi : Produk pengganti, yaitu produk yang dapat dalam konsumsinya dapat menggantikan fungsi produk lain, misalnya beras dengan jagung, daging dengan telur, dan sebagainya.
Proteksi : Perlindungan yang diberikan pemerintah kepada aktivitas ekonomi domestik misalnya berupa subsidi, larangan impor, pajak impor, dsb.
Transformasi : Proses pengubahan input menjadi output melalui aktivitas budidaya, penanganan, atau pengolahan.
Voluminous : Bervolume besar, komoditas yang memerlukan ruang yang besar.
Pasar Konkrit : pasar yang dapat dilihat wujudnya baik berupa bangunan yang sifatnya sementara ataupun permanen.
Pasar Abstrak : keseimbangan kekuatan antara permintaan (konsumen) dan penawaran (penjual) dari suatu barang atau jasa yang tidak dapat dilihat dikarenakan peristiwa atau kejadiannya tidak berupa wujud sebagai suatu bangunan.
Pemasaran (marketing) : proses sosial dan proses manajerial yang memungkinkan individu/kelompok memperoleh apa yang dibutuhkannya [needs] dan apa yang diinginkannya [wants] melalui proses pertukaran.
Riset pemasaran : perancangan, pengumpulan, analisis dan pelaporan yang sistematis dari data atau temuan yang relevan dengan situasi pemasaran tertentu yang dihadapi perusahaan.
Segmentasi Pasar : pembagian pasar menjadi unit-unit tertentu atas dasar geografi, demografi, psikografi dan perilaku konsumen.
Perencanaan strategis usaha : proses manajerial untuk mengembangkan dan menjaga agar sasaran, keahlian dan sumber daya organisasi sesuai dengan peluang pasar yang terus berubah.
Proses tataniaga : suatu pergerakan yang terdiri dari sekumpulan kegiatan-kegiatan dan peristiwa-peristiwa yang berlangsung dalam beberapa rentetan. Di dalam proses tataniaga juga terdapat berbagai bentuk koordinasi yang diperlukan terhadap sekumpulan kegiatan dan peristiwa itu dalam menggerakkan barang dan jasa dengan cara yang teratur dari tangan produsen ke tangan konsumen.
Saluran pemasaran : perantara pemasaran yang melakukan berbagai fungsi diantara produsen dan pemakai. Beberapa perantara, seperti pedagang besar dan pengecer, membeli dan mempunyai hak atas barang serta menjual kembali barang dagang tersebut.
Promosi penjualan : kumpulan kiat insentif yang berbeda-beda, umumnya berjangka pendek, dirancang untuk mendorong pembelian yang lebih cepat dan atau lebih besar dari suatu produk/jasa tertentu.
Baca Selengkapnya »»

Friday, December 04, 2009

PERANAN PUPUK ORGANIK


Berbagai hasil penelitian mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan pertanian intensif menurun produktivitasnya dan telah mengalami degradasi lahan, terutama terkait dengan sangat rendahnya kandungan Corganik dalam tanah, yaitu 2%, bahkan pada banyak lahan sawah intensif di Jawa kandungannya 1%. Padahal untuk memperoleh produktivitas optimal dibutuhkan C-organik 2,5%. Di lain pihak, sebagai negara tropika basah yang memiliki sumber bahan organik sangat melimpah, tetapi belum dimanfaatkan secara optimal.

Bahan/pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan. Sumber bahan untuk pupuk organik sangat beranekaragam, dengan karakteristik fisik dan kandungan kimia/hara yang sangat beragam sehingga pengaruh dari penggunaan pupuk organik terhadap lahan dan tanaman dapat bervariasi.

Pupuk organik atau bahan organik tanah merupakan sumber nitrogen tanah yang utama, selain itu peranannya cukup besar terhadap perbaikan sifat fisika, kimia biologi tanah serta lingkungan. Pupuk organik yang ditambahkan ke dalam tanah akan mengalami beberapa kali fase perombakan oleh mikroorganisme tanah untuk menjadi humus atau bahan organik tanah.

Bahan dasar pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman umumnya sedikit mengandung bahan berbahaya. Namun penggunaan pupuk kandang, limbah industri dan limbah kota sebagai bahan dasar kompos/pupuk organik cukup mengkhawatirkan karena banyak mengandung bahan berbahaya seperti misalnya logam berat dan asam-asam organik yang dapat mencemari lingkungan. Selama proses pengomposan, beberapa bahan berbahaya ini justru terkonsentrasi dalam produk akhir pupuk. Untuk itu diperlukan seleksi bahan dasar kompos yang mengandung bahan-bahan berbahaya dan beracun (B3).

Bahan/pupuk organik dapat berperan sebagai “pengikat” butiran primer menjadi butir sekunder tanah dalam pembentukan agregat yang mantap. Keadaan ini besar pengaruhnya pada porositas, penyimpanan dan penyediaan air, aerasi tanah, dan suhu tanah. Bahan organik dengan C/N tinggi seperti jerami atau sekam lebih besar pengaruhnya pada perbaikan sifat-sifat fisik tanah dibanding dengan bahan organik yang terdekomposisi seperti kompos. Pupuk organik/bahan organik memiliki fungsi kimia yang penting seperti: (1) penyediaan hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan mikro seperti Zn, Cu, Mo, Co, B, Mn, dan Fe, meskipun jumlahnya relatif sedikit. Penggunaan bahan organik dapat mencegah kahat unsur mikro pada tanah marginal atau tanah yang telah diusahakan secara intensif dengan pemupukan yang kurang seimbang; (2) meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah; dan (3) dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam yang meracuni tanaman seperti Al, Fe, dan Mn.
Baca Selengkapnya »»

PUPUK ORGANIK


Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman. Dalam Permentan No.2/Pert/Hk.060/2/2006, tentang pupuk organik dan pembenah tanah, dikemukakan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.

Definisi tersebut menunjukkan bahwa pupuk organik lebih ditujukan kepada kandungan C-organik atau bahan organik daripada kadar haranya; nilai C-organik itulah yang menjadi pembeda dengan pupuk anorganik. Bila C-organik rendah dan tidak masuk dalam ketentuan pupuk organik maka diklasifikasikan sebagai pembenah tanah organik. Pembenah tanah atau soil ameliorant menurut SK Mentan adalah bahan-bahan sintesis atau alami, organik atau mineral.

Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota. Kompos merupakan produk pembusukan dari limbah tanaman dan hewan hasil perombakan oleh fungi, aktinomiset, dan cacing tanah. Pupuk hijau merupakan keseluruhan tanaman hijau maupun hanya bagian dari tanaman seperti sisa batang dan tunggul akar setelah bagian atas tanaman yang hijau digunakan sebagai pakan ternak. Sebagai contoh pupuk hijau ini adalah sisa–sisa tanaman, kacang-kacangan, dan tanaman paku air Azolla.

Pupuk kandang merupakan kotoran ternak. Limbah ternak merupakan limbah dari rumah potong berupa tulang-tulang, darah, dan sebagainya. Limbah industri yang menggunakan bahan pertanian merupakan limbah berasal dari limbah pabrik gula, limbah pengolahan kelapa sawit, penggilingan padi, limbah bumbu masak, dan sebagainya. Limbah kota yang dapat menjadi kompos berupa sampah kota yang berasal dari tanaman, setelah dipisah dari bahan-bahan yang tidak dapat dirombak misalnya plastik, kertas, botol, dan kertas.

Istilah pupuk hayati digunakan sebagai nama kolektif untuk semua kelompok fungsional mikroba tanah yang dapat berfungsi sebagai penyedia hara dalam tanah, sehingga dapat tersedia bagi tanaman. Pemakaian istilah ini relatif baru dibandingkan dengan saat penggunaan salah satu jenis pupuk hayati komersial pertama di dunia yaitu inokulan Rhizobium yang sudah lebih dari 100 tahun yang lalu. Pupuk hayati dalam buku ini dapat didefinisikan sebagai inokulan berbahan aktif organisme hidup yang berfungsi untuk menambat hara tertentu atau memfasilitasi tersedianya hara dalam tanah bagi tanaman.

Memfasilitasi tersedianya hara ini dapat berlangsung melalui peningkatan akses tanaman terhadap hara misalnya oleh cendawan mikoriza arbuskuler, pelarutan oleh mikroba pelarut fosfat, maupun perombakan oleh fungi, aktinomiset atau cacing tanah. Penyediaan hara ini berlangsung melalui hubungan simbiotis atau nonsimbiotis. Secara simbiosis berlangsung dengan kelompok tanaman tertentu atau dengan kebanyakan tanaman, sedangkan nonsimbiotis berlangsung melalui penyerapan hara hasil pelarutan oleh kelompok mikroba pelarut fosfat, dan hasil perombakan bahan organik oleh kelompok organisme perombak. Kelompok mikroba simbiotis ini terutama meliputi bakteri bintil akar dan cendawan mikoriza. Penambatan N2 secara simbiotis dengan tanaman kehutanan yang bukan legum oleh aktinomisetes genus Frankia di luar cakupan buku ini. Kelompok cendawan mikoriza yang tergolong ektomikoriza juga di luar cakupan baku ini, karena kelompok ini hanya bersimbiosis dengan berbagai tanaman kehutanan. Kelompok endomikoriza yang akan dicakup dalam buku ini juga hanya cendawan mikoriza vesikulerabuskuler, yang banyak mengkolonisasi tanaman-tanaman pertanian.

Kelompok organisme perombak bahan organik tidak hanya mikrofauna tetapi ada juga makrofauna (cacing tanah). Pembuatan vermikompos melibatkan cacing tanah untuk merombak berbagai limbah seperti limbah pertanian, limbah dapur, limbah pasar, limbah ternak, dan limbah industri yang berbasis pertanian. Kelompok organisme perombak ini dikelompokkan sebagai bioaktivator perombak bahan organik.
Baca Selengkapnya »»

Tuesday, August 25, 2009

PROSPEK AGRIBISNIS NILAM


Agar pengembangan agribisnis nilam dapat berjalan dengan baik maka ada 4 pilar yang satu sama lain secara bersama-sama harus saling memberikan kontribusi, antara lain: (1) pilar budidaya nilam, (2) pilar pascapanen, (3) pilar pasar, (4) pilar modal. Keempat pilar tersebut sangat erat berhubungan dengan transfer teknologi yang harus dikawal mulai dari penggunaan varietas nilam unggul, pengolahan tanah yang baik, pemupukan berimbang berdasarkan konsep uji tanah, pemeliharaan tanaman yang konsisten terutama ketersediaan air sepanjang pertumbuhan tanaman, pencegahan serangan hama dan penyakit, proses pelayuan dan pengeringan daun yang benar, teknik penyulingan yang benar. Jika transfer teknologi tersebut dilakukan dengan baik dan benar, maka rendemen minyak nilam dapat ditingkatkan sampai 3% dan kadar patchouly alkohol dalam minyak nilam dapat ditingkatkan sampai 3%. Berdasarkan 4 pilar agribisnis nilam tersebut di atas yang harus diciptakan, sehingga sangat dimungkinkan dijadikan pertimbangan sebagai suatu kemungkinan Indonesia dapat mengekspor minyak nilam secara berkelanjutan dan menjadikan Indonesia sebagai negara pengekspor minyak nilam dunia terbesar sepanjang masa.

Seiring dengan semakin meningkatnya permintaan bahan baku parfum, kosmetika, farmasi, prospek agri-business dan agro-industry nilam di Indonesia adalah negara eksportir minyak nilam terbanyak, sebab memasok lebih dari 70% pangsa pasar dunia. Di samping itu, Indonesia juga mengekspor 14 jenis minyak atsiri lainnya dari 70 jenis minyak atsiri yang sangat dibutuhkan dunia. Oleh karena itu, pemerintah, petani, pengusaha alat suling, pedagang perantara, dan eksportir sebagai faktor penentu secara bersama-sama harus menciptakan sistem agri-business dan agro-industry nilam yang dikelola secara professional yang dipastikan dapat menyangga pertumbuhan ekonomi di Indonesia, jika tidak maka peluang target dari bisnisnya sulit dicapai.

Krisis moneter yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 telah berpengaruh pada kemunduran pertumbuhan ekonomi, sehingga dampak negatif terhadap peningkatan pengangguran, penurunan daya beli masyarakat, peningkatan harga pupuk dll. Salah satu cara untuk membangkitkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia antara lain menciptakan sistem agri-business dan agro-industry nilam secara terpadu yang berpedoman pada kemauan pihak-pihak terkait dari unsur pemerintah dan swasta secara sinergis untuk melakukan kerjasama kemitraan sehingga target dari bisnisnya dapat dengan mudah dicapai. Namun dalam waktu yang tidak terlalu lama, target agribusiness dan agro-industry nilam yang semula dilakukan di Indonesia yang hanya menghasilkan minyak nilam kotor dengan rendemen minyak 3%, kemudian diekspor langsung ke Eropa, USA, Jepang tanpa harus melalui Singapura dengan harga yang lebih mahal.

Tanpa adanya political will pemerintah dari beberapa departemen terkait (Pertanian, Perindustrian dan Perdagangan, Dalam Negeri dll) untuk saling bekerjasama dalam rangka implementasi salah satu program yaitu program agri-business dan agro-industry nilam dan program-program agribisnis lainnya, maka jangan diharap pertumbuhan ekonomi bangkit kembali. Keberlanjutan agri-business dan agro-industry nilam dapat direalisasikan selama ada jalinan kerjasama di antara Badan Litbang Pertanian untuk transfer of technology (rekomendasi pemupukan berimbang, penyediaan bibit nilam unggul nilam, pengendalian hama penyakit terpadu), petani, pengusaha alat suling, pedagang perantara, dan eksportir sebagai faktor penentu.

Ada beberapa strategi agar sistem pengelolaan agri-business dan agro-industry nilam terpadu untuk menyangga pertumbuhan ekonomi di Indonesia dapat terealisasi, antara lain:
(1) Optimalisasi fungsi Asosiasi Minyak Atsiri Indonesia; Asosiasi minyak atsiri (nilam) adalah sebagai suatu sistem organisasi, dimana anggotanya sebaiknya terdiri dari beberapa ahli (agronomi nilam, pasca panen nilam tentang pelayuan-penyulinganrefinisasi minyak nilam, menemukan klon-klon baru nilam, kesuburan tanah, konversi tanah, biologi tanah, agroklimat, dan ahli marketing) untuk berbuat sesuatu agar gagasan agri-business dan agro-industry nilam dapat direalisasikan secara berkelanjutan;
(2) Pembentukan peraturan agri-business dan agro-industry nilam; Peraturan adalah undang-undang untuk mengelola dan mengawasi agri-business dan agro-industry nilam, sehingga peraturan yang dibuat atau keterampilan yang dimiliki dapat digunakan sebagai jalan menuju keberhasilan, sehingga segala sesuatunya dapat dikendalikan untuk mencapai tujuan; meskipun peraturan yang dibuat sebagai aksi sepertinya tidak bersungguh-sungguh, tetapi sangat berarti sebagai cara untuk menghasilkan reaksi atau pengaruh yang sangat penting dalam suatu manajemen;
(3) Research and development, Research and development bertujuan untuk menemukan fakta-fakta baru atau informasi tentang dunia pernilaman antara lain rekomendasi pemupukan berimbang; Sampai saat ini, minyak nilam yang diburu adalah berasal dari Nangroe Aceh Darussalam, sebab aromanya sangat khas yang tidak dijumpai di daerah lain; Sangat beralasan jika kita dapat menemukan sesuatu bahwa aroma minyak nilam Aceh dapat diperoleh untuk tanaman nilam yang ditanam di Jawa relatif serupa di Aceh;

Peneliti nilam harus bekerja keras bahwa aroma, rendemen dan kadar patchouly alcohol adalah fungsi dari ketersediaan hara dalam jumlah optimal, iklim; Unsur hara apa yang sangat berpengaruh terhadap rendemen dan kadar patchouly alcohol dapat dilacak secara statistik dengan Principle Component Analysis; Demikian juga varietas nilam baru harus diproduksi serta dilakukan uji multi lokasi; Kemudian, sampai sejauh mana pemerintah tanggap untuk melakukan pemurnian minyak nilam, sehingga minyak nilam yang diekspor adalah bukan minyak nilam yang masih kasar, tetapi minyak nilam sudah diderivatisasi menjadi senyawa baru yang mempunyai senyawa patchouly alcohol yang berkadar 75%.

Kendala Pemasaran Minyak Nilam

Perbedaan harga minyak nilam di tingkat petani dengan pedagang pengumpul/eksportir terlalu banyak yang sampai saat ini sulit dikendalikan perbaikannya. Sesungguhnya harga minyak nilam dunia relatif stabil dengan harga cukup menjanjikan, namun harganya ditekan serendah mungkin oleh oknum yang hanya mementingkan diri sendiri tanpa membela petani dengan alasan kadar patchouly alcohol di bawah standar (30%).

Pengembangan agri-business nilam terdiri pengolahan lahan sebaiknya dilakukan dua kali supaya tanah menjadi gembur, pembuatan saluran drainase supaya kadar air dalam tanah pada kondisi di sekitar kapasitas lapang, stek yang ditanam berasal dari tanaman yang sehat, pemupukan berimbang terdiri dari hara N, P, K, Ca, Mg, S, dan unsur mikro berdasarkan konsep uji tanah, penyiangan, pemangkasan untuk menghindari kanopi untuk tidak saling menutupi karena fotosintesa tidak optimal, pembumbuan setelah panen pertama, melakukan teknik konservasi secara vegetatif dengan mulsa untuk meningkatkan kandungan C-organik tanah dan menekan gulma, dan pengendalian hama penyakit.

Pengelolaan agro-industry nilam terdiri dari dua pekerjaan masing-masing pra penyulingan dan saat penyulingan. Pengelolaan agro-industry pra penyulingan terdiri dari pengeringan dan pelayuan yang harus diperhatikan, antara lain: (1) Pengeringan jangan dilakukan terlalu cepat, sebab mengakibatkan daun menjadi rapuh dan sulit disuling; Oleh karena itu, daun dijemur di atas tikar atau lantai semen untuk memperoleh sinar matahari selama 3 hari dari jam 10.00-14.00 sampai kandungan air dalam daun turun sekitar 15% sampai penyulingan akan dimulai; (2) Pengeringan jangan terlalu lambat, sebab mengakibatkan daun menjadi lembab dan mudah terserang jamur, sehingga rendemen dan mutu minyak yang dihasilkan rendah; (3) Tebal tumpukan daun yang dijemur 50 cm dan dibalik 2-3 kali sehari. Pengelolaan agroindustry pada saat penyulingan yang harus diperhatikan antara lain: (1) Terna kering berada pada jarak tertentu di atas permukaan air; Metode ini dikenal dengan cara dikukus; (2) Jika tangki alat suling yang digunakan berkapasitas 1.150 liter maka kerapatan daun 100-150 gram/liter atau 120-150 kg/1.150 liter, di mana daun nilam dikukus dengan sistem tekanan/boiler; (3) Alat Suling dikonstruksi dari bahan stainless steel supaya diperoleh hasil minyak berwarna lebih jernih; (4) Sebelum disuling, terna kering terlebih dahulu dibasahi air supaya mudah dipadatkan; (5) Penyulingan terna kering nilam akan menyerap air sebanyak bobotnya; (6) Waktu yang diperlukan dalam penyulingan secara dikukus sekitar 5-10 jam; (7) Kecepatan penyulingan secara dikukus 0.6 kg uap/kg ternak.
Baca Selengkapnya »»